DOA (Karya: Chairil Anwar) 13 November 1943 a) Analisis Unsur Fisik b) Analisis Struktur Batin SMA āŗ SMK āŗ SMP. Puisi : DO'A (Karya: Chairil Anwar) Oleh Muhammad Reza - Oktober 27, 2021 DO'A (Karya: Chairil Anwar) kepada pemeluk teguh āBiar susah sungguhā, āAku hilang bentukā, āRemukā. Imaji. Imaji yang muncul dalam
- Puisi adalah ungkapan emosi dan perasaan. Dilansir dari Rachmad Djoko Pradopo dalam buku Pengkajian Puisi 1990, struktur merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Puisi terdiri atas struktur fisik dan batin. Strukur fisik puisi di antaranya ialah tipografi, pencitraan, kata konkrit, majas, konotasi, dan versifikasi. Berikut analisis struktur fisik puisi Aku karya Chairil AnwarKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagiBaca juga Lapis Makna dalam Puisi Tipografi puisi Aku terdiri atas tujuh bait. Bait pada puisi ini singkat dan padat. Pada bait kedua, keenam, dan ketujuh hanya berisi satu baris dengan satu kalimat. Ada baris yang hanya berisi satu kata. Sementara baris paling panjang berisi enam kata. Diksi Chairil Anwar menggunakan pilihan kata yang lugas, tegas, dan padat. Pilihan diksi yang menunjukkan ketegasan menyiratkan sesuatu yang penuh emosi sekaligus ketegaran. Pencitraan salah satu citraan yang merangsang panca indera dalam puisi Aku ada pada kata āpeluru menembus kulitkuā. Kalimat tersebut menrepresentasikan imaji mengenai rasa sakit, perih, atau luka. Pada keseluruhan puisi, meski rasa sakit terus dirasakan, sosok āakuā dalam puisi ini tetap tegar dan bertahan. Kata konkrit kata yang berhubungan dengan imaji atau pencitraan antara lain āAku mau hidup seribu tahun lagiā. Kalimat itu terdapat pada bait terakhir. Citra ketegaran dalam puisi terwakili seluruhnya melalui kalimat tersebut. Majas puisi ini mengandung majas personifikasi. Personifikasi adalah penggambaran benda mati yang dikiaskan seolah hidup. Contohnya kata āpeluru menembusā. Sementara penggunaan majas hiperbola atau kiasan yang melebih-lebihkan ada pada kata āsedu sedanā dan āmeradang menerjangā. Chairil juga menggunakan majas metafora pada kata āAku ini binatang jalangā. Versifikasi rima puisi Aku didominasi dengan akhiran yang berbunyi i dan u. Iramanya terkesan lugas dan cepat karena menggunakan kata dan kalimat pendek.
PuisiChairil Anwar āRumahkuā RUMAHKU Rumah ku dari unggun timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Ku lari dari gedong lebar h Puisi: Sajak ā Hartojo Andangdjaja (1930-1990) Puisi Chairil Anwar āDiponegoroā "Aku Mau Hidup Seribu Tahun Lagi! Sponsor. AD BANNER. Technology. Connect With us. 34.2k likes. Like. 28.6k
BAB I BENTUK METODE Diksi Untuk ketepatan pemilihan kata sering kali penyair menggantikan kata yang dipergunakan berkali-kali yang dirasa belum tepat, diubah kata-katanya. Seperti pada baris kedua bait pertama āKu mau tak seorang ākan merayuā Merupakan pengganti dari kata āku tahuā. ākalau sampai waktukuā dapat berarti ākalau aku matiā ātak perlu sedu sedanā dapat bererti āberarti tak ada gunannya kesedihan ituā. āTidak juga kauā dapat berarti ātidak juga engkau anaku, istriku, atau kekasihkuā. Kata Nyata Secara makna, puisi Aku tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan judul sebelumnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalah, seperti Chairil itu sendiri. Majas Dalam sajak ini intensitas pernyataan dinyatakan dengan sarana retorika yang berupa hiperbola, dikombinasi dengan ulangan, serta diperkuat oleh ulangan bunyi vokal a dan u ulangan bunyi lain serta persajakan akhir seperti telah dibicarakan di atas. Hiperbola tersebut Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar perlu menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang ā¦ā¦ā¦ Aku ingin hidup seribu tahun lagi Gaya tersebut disertai ulangan i-i yang lebih menambah intensitas Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku ingin hidup seribu tahun lagi Dengan demikian jelas hiperbola tersebut penonjolan pribadi tanpa makin nyata disana ia mencoba untuk nyata berada di dalan dunianya. Pengimajian Melalui diksi, kata nyata, dan majas yang digunakannya, penyair berupaya menumbuhkan pembayangan para penikmat sajak-sajaknya. Semakin kuat dan lengkap pembayangan yang dapat dibangun oleh penikmat sajak-sajaknya, maka semakin berhasil citraan yang dilakukan penyair. Di dalam sajak ini terdapat beberapa pengimajian, diantaranya Ku mau tak seorang ākan merayu Imaji Pendengaran Tak perlu sedu sedan ituā Imaji Pendengaran Biar peluru menembus kulitkuā Imaji Rasa Hingga hilang pedih perihā Imaji Rasa. Versifikasi Ritme dalam puisi yang berjudul Akuā ini terdengar menguat karena ada pengulangan bunyi Rima pada huruf vocal Uā dan Iā Vokal Uāpada larik pertama dan ke dua, pengulangan berseling vokal a-u-a-u Larik pertama Kalau sampai waktuku.ā Larik kedua Ku mau tak seorang-ākan merayu. Larik kedua Tidak juga kauā. Pengulangan vokal Iā Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Tipogafri Tipografi atau disebut juga ukiran bentuk. Dalam Puisi didefinisikan atau diartikan sebagai tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasana. Namun dalam sajak Akuā karya Chairil Anwar tidak menggunakan tipografi. BAB II HAKEKAT PUISI Tema atau Sense Tema dalam puisi AKUā ini adalah perjuangan seperti pada baris keempat dan kelima Biar peluru menembus kulitkuā Aku tetap meradang menerjangā. Feeling atau Rasa Feeling atau Rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok persoalan puisi. Pada puisi di atas merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan kebebasan dari semua ikatan. Di sana penyair tidak mau meniru atau menyatakan kenyataan alam, tetapi mengungkapkan sikap jiwanya yang ingin berkreasi. Sikap jiwa ājika sampai waktunyaā, ia tidak mau terikat oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai āakuā. Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih bergairah hidup. Sebab itu ia malahan ingin hidup seribu tahun lagi. Uraian di atas merupakan yang dikemukakan dalam puisi ini semuanya adalah sikap chairil yang lahir dari ekspresi jiwa penyair. Tone atau Nada Kalau feeling menggambarkan sikap penyair kepada pokok persoalan puisinya, sedangkan tone atau nada merupakan unsur isi yang menggambarkan sikap penyair kepada pembacanya. Dalam Puisi Akuā terdapat kata Tidak juga kauā, Kau yang dimaksud dalam kutipan diatas adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. Disamping Chairil ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari Chairil, bahwa manusia itu itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, Chairil juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. Amanat Amanat dalam Puisi Akuā karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan dan dapat kita rumuskan adalah sebagai berikut Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan kelebihannyasaja. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya. BAB III KESIMPULAN Kesimpulan Dari ulasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap seniman atau sastrawan dalam membuat suatu karyanya dapat menggunakan berbagai macam caranya. Salah satu caranya dengan mengekspresikan karyanya sebagai gundahan, gejolak, pengalaman, bayang-bayang yang sebagai media penyaluran karyanya untuk dapat dinikmati oleh umum. Kiasan-kiasan yang dilontarkan oleh Chair Anwar dalam puisinya menunjukan bahwa di dalam dirinya mencoba memetaforakan akan bahasa yang digunakan yang bertujuan mencetusan langsung dari jiwa. Cetusan itu dapat bersifat mendarah daging, seperti sajak āakuā. Dengan kiasan-kiasan itu gambaran menjadi konkrit, berupa citra-citra yang dapat diindra, gambaran menjadi nyata, seolah dapat dilihat, dirasakan sakitnya. Di samping itu kiasa-kiasan tersebut menyebabkan kepadatan sajak. Untuk menyatakan semangat yang nyala-nyala untuk merasakan hidup yang sebanyak-banyaknya digunakan kiasan āaku mau hidup seribu tahun lagiā. Jadi, di sini kelihatan gambaran bahwa si aku penuh vetalitas mau mereguk hidup ini selama-lamanya. Jadi berdasarkan dasar konteks itu harus ditafsirkan bahwa Chairil Anwar dalam puisi āakuā dapat didefinisaikan sebagai bentuk pemetaforaan bahasa atau kiasan bahwa yang hidup seribu tahun adalah semangatnya bukan fisik.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. AkuKalau sampai waktuku'Ku mau tak seorang 'kan merayu Selengkapnya baca di siniChairil Anwar, DCD 19597ParafrasenyaKalau sudah habis nafaskuKu tak mau seorangpun menangisi kuTidak perlu ada tangis dan duka atas kematiankuAku ini binatang jalang yang bebas dan lepasYang terbuang oleh pergumulan manusia Aku manusia yang bebas tanpa adanya sebuah aturan yang mengikat, sampai peluru menebus badanku, ku tetap Berang dan berontak Sakit dan penderitaan akan ku tahanKu tahan hingga rasa itu hilang sendiriAku tak perduli atas hal apapun yang menghalanginAku hanya mau semangat, pikiran dan karyaku dapat hidup walaupun aku sudah tak bernyawa lagi Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Akuini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang. Larik puisi ini mengibaratkan dirinya seperti binatang jalang. Binatang jalang disini adalah sosok yang keras, yang tidak mudah untuk dikekang. āDari kumpulannya terbuang,ā adalah pemikiran si aku yang mengganggap dirinya bagaikan seseorang yang tidak dianggap atau terbuang. Biar peluru
Semiotik adalah ilmu yang pempelajari tentang tanda yang mempunyai makna. Tokoh dalam semiotik terdiri atas Ferdinan de Saussure, dan Charles Sander Pierce. Menurut Sariban, 200944-45 konsep Semiotik menurut Ferdinan de Saussure menjelaskan bahwa tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda signifier, dan petanda signified. Penanda adalah bentuk formal yang menandai suatu petanda. Penanda adalah bentuk formal bahasa, sedangkan petanda adalah arti yang ditimbulkan oleh bentuk formal. Semiotika, biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda the study of signs, pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apa pun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna Scholes, 1982 ix. Menurut Charles S. Pierce 1986 4, maka semiotika tidak lain sebuah nama lain bagi logika. Sedangkan Ferdinand de Saussure 1966 16, semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda,ā suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakatā. Konsep Semiotik menurut Charles Sander Pierce merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Iklan 1. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. 2. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas sebab-akibat. 3. Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda bersifat arbiter Sariban, 200945-46. Dalam pembahasan ini analisis semiotika dilakukan terhadap karya sastra yang sebaiknya dimulai dengan analisis bahasa dan menggunakan langkah-langkah seperti dalam tataran linguistik wacana. Yaitu dengan menganalisis aspek sintaksis, dan menganalisis aspek semantik. Puisi āAkuā karya Chairil Anwar adalah menggambarkan kegigihan dan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan, dan semangat hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah AKUā yang mencari tujuan hidup. 1. Bait Pertama Kalau Sampai Waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Pada Baris pertama ā Kalau Sampai Waktukuā penyair membuat kalimat seperti itu, penyair Waktu yang dimaksud dalam Baris pertama adalah sampaian dari waktu atau sebuah tujuan yang dibatasi oleh waktu. mengibaratkan kelak jika sudah saatnya di pergi . Pada baris kedua ā Ku mau Tak Seorang Kan Merayu ā penyair membuat kalimat seperti itu, penyair ingin jika memang sudah waktunya ia tak ingin ada satu orang pun yang membujuknya , memohon agar ia tetap disini. Pada Baris ke tiga ā Tidak Juga Kau ā kau disini adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk. penyair membuat kalimat seperti itu , untuk menyampaikan bahkan dia sekali pun tidak bisa memohon. 2. Bait Kedua Tak Perlu sedu Sedan Aku ini binatang Jalang Dari kumpulan terbuang Pada baris pertama āTak perlu sedu sedanā penyair membuat kalimat seperti itu, karna ia ingin tak perlu ada tangis dan kesediahan, Penyair pada baris Kedua ā Aku binantang Jalangā karena ia ingin menggambar seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas, sekenaknya sendiri, tanpa sedikitpun ada yang mengatur. Lebih tepatnya adalah binatang liar. Karena itulah pada paris ketiga ia menulis āDari kumpulannya terbuangā. Dalam suatu kelompok pasti ada sebuah ikatan, ia dari kumpulannya terbuangā karena tidak ingin mengikut ikatan dan aturan dalam kumpulannya. 3. Bait Ketiga Biar peluru menembus kulitku Aku tetap merendang menerjang Pada Baris Pertama āBiar peluru menembus kulitkuā pada baris tersebut tergambar bahwa penyair sedang diserangā dengan adanya peluru menembus kulitā, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek kulitnya itu, ia berkata āBiarā. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, pada baris ke dua āAku tetap merendang menerjang ā Penyair masih memberontak, ia tetap meradang menerjangā seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap penyair yang tak pantang menyerah . 4. Bait Keempat Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Pada baris pertamaā Luka dan bisa kubawa berlariā Penyair ingin tetao pergi membawa Semua cacian dan berbagai pembicaraan tentang baik atau buruk yang tidak ia pedulikan dari sajak tersebut juga akan hilang, seperti yang ia tuliskan pada lirik āHingga Holang pedih perih ā Agar semua rasa sakit yang ia rasakan dapat segera hilang. 5. Bait Kelima Dan aku akan lebih tidak perduli Aku ingin hidup seribu tahun lagi Pada baris pertama ā Dan aku akan lebih tidak perduli ā ia tetap tidak mau peduli. Chairil berharap bahwa ia masih hidup seribu tahun lagi agar ia tetap bisa mencari-cari apa yang itu penyair ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisi ini juga terdapat pesan lain dari penyair , bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah. Oleh karena itu, janganlah memandang seseorang dari baik-buruknya saja, karena kedua hal itu pasti akan ditemui dalam setiap manusia. Selain itu, penyair juga ingin menyampaikan agar pembaca tidak perlu ragu dalam berkarya. Berkaryalah dan biarkan orang lain menilainya, seperti apa pun bentuk penilaian itu. Ikuti tulisan menarik Roman Sah lainnya di sini. . 92 371 31 169 421 331 221 37