Idekerajinan dengan inspirasi objek budaya lokal akan dikembangkan menjadi produk kerajinan yang akan diproduks dan siap dijual. Dasar untuk menentukan ide yang muncul dalam pembuatan produk kerajinan adalah. Inspirasi Contoh Produk Kerajinan Pasar Lokal Dan Global Produk kerajinan yang dibuat dan diperbanyak di pabrik. Produk kerajinan dan ide
Perhitungan Titik Impas Break Even Point Usaha Kerajinan āBahan Limbahā 07/06/2023 oleh lahan Perhitungan Titik Impas Break Even Point Usaha Kerajinan dari Bahan Limbah Berbentuk Bangun Ruang Perhitungan Titik Impas BEP Usaha Kerajinan āBahan Limbahā ā Pada materi semester 1, kalian telah mempelajari materi perhitungan titik impas Break Even Point usaha kerajinan dari bahan limbah berbentuk bangun datar. Pada semester 2 ini kalian akan memperdalam pengetahuan tersebut untuk ⦠Read moreNAMAKELOMPOK :1. Aprilia dwi ana tasya (05)2. Dwi zidni nafiah (09)3. Sofia dwi salsa bella (23)
Kontribusiproduk kriya belum maksimal dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Jika melihat pada kinerja pasar kerajinan dunia, ekspor kerajinan Indonesia masih sangat kecil yaitu 0,9%, masih sangat jauh dibanding negara Asia lainnya, seperti India 5,8% atau Cina sebesar 16,7%. Produk kerajinan Indonesia mengalami persaingan ekonomi global yang
Collaboration between craftsmen and product designers is one of the solutions for sustainable development of IKM products. Craftsmen need to be introduced to the creative process in producing new products. One that can be applied is Design Thinking. This process is considered in accordance with the way the craftsman works which generally "learning by doing" and not theoretical. Design Thinking process introduced in a workshop activity. The process of finding ideas begins by stimulating empathy to produce new ideas that are different from what they have been doing so far. Through this workshop several solutions were produced in the form of prototypes. This activity also produces a better work pattern that is more creative and productive in generating new ideas. The usage of story-telling in expressing ideas or thoughts is also preferebly and effective as a medium of discussion among craftsmen. Abstrak Kolaborasi antara perajin dan desainer produk merupakan salah satu Perajin perlu dikenalkan pada .Proses ini merupakan alat pemecahan masalah yang berpusat pada manusia, menekankan kolaborasi dan spontanitas. Proses ini dianggap sesuai dengan pola kerja perajin yang umumnya ālearning by doingā, praktis dan bukan teoritis. Proses pencarian ide dimulai dengan merangsang empati untuk menghasilkan ide baru yang berbeda dari yang selama ini dihasilkan. Melalui workshop ini, dihasilkan beberapa solusi dalam bentuk prototype produk baru. Kegiatan ini juga menghasilkan sebuah pola kerja yang lebih baik, kreatif dan produktif dalam mewujudkan ide. Metode bercerita dalam mengutarakan ide atau pikiran juga lebih digemari dan efektif sebagai media diskusi diantara para perajin. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PENGGUNAAN DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKM Studi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, SubangNoel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih Staf Pengajar Desain Produk, Universitas ParamadinaEmail hendriana between craftsmen and product designers is one of the solutions for sustainable development of IKM products. Craftsmen need to be introduced to the creative process in producing new products. One that can be applied is Design Thinking. This process is considered in accordance with the way the craftsman works which generally "learning by doing" and not theoretical. Design Thinking process introduced in a workshop activity. The process of finding ideas begins by stimulating empathy to produce new ideas that are different from what they have been doing so far. Through this workshop several solutions were produced in the form of prototypes. This activity also produces a better work pattern that is more creative and productive in generating new ideas. The usage of story-telling in expressing ideas or thoughts is also preferebly and effective as a medium of discussion among design thinking, craftsmen, designers, collaborationAbstrakKolaborasi antara pengrajin dan desainer produk merupakan salah satu solusi untuk pengembangan produk IKM, secara berkelanjutan. Pengrajin perlu dikenalkan pada metode kreatif untuk menghasilkan produk baru. Salah satu yang dapat diterapkan adalah design thinking. Proses ini merupakan alat pemecahan masalah yang berpusat pada manusia, menekankan kolaborasi dan spontanitas. Proses ini dianggap sesuai dengan pola kerja pengrajin yang umumnya ālearning by doingā, praktis dan bukan teoritis. Penerapan design thingking dilakukan dalam bentuk workshop yang melibatkan pengrajin dan desainer dengan tujuan mengembangkan ide-ide produk baru. Proses pencarian ide dimulai dengan merangsang empati untuk menghasilkan ide baru yang berbeda dari yang selama ini dihasilkan. Melalui workshop ini, dihasilkan beberapa solusi dalam bentuk prototype produk baru. Kegiatan ini juga menghasilkan sebuah pola kerja yang lebih baik, kreatif dan produktif dalam mewujudkan ide. Metode bercerita dalam mengutarakan ide atau pikiran juga lebih digemari dan efektif sebagai media diskusi diantara para pengrajin. Kata kunci design thinking, pengrajin, desainer, kolaborasi1 Dimensi, September 2018 PendahuluanUpaya pemerintah dalam mengembangkan sektor kriya selama ini cukup berhasil dan terbukti mampu memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. Terkait hal ini, disebutkan oleh Triawan Munaf 2017, kepala Badan Ekonomi Kreatif Bekraf, bahwa sub-sektor kuliner, kriya dan fashion memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi kreatif. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru. Mari Elka Pangestu 2014, saat menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Parekraf juga pernah menyatakan bahwa āDesain, kriya, dan fashion menjadi sektor terdepan dalam industri kreatif di Indonesia saat iniā. Disamping itu, berdasarkan data Kemenparekraf tahun 2011, potensi produk kreatif melalui sektor desain juga sangat terbuka untuk bisa bersaing di luar negeri. Pada data tersebut, total ekspor produk kreatif mencapai 454 miliar dollar. Desain berada pada estimasi 300 miliar dollar atau sekitar 80%. Saat ini, berdasarkan data Bekraf, sektor kriya menjadi salah satu andalan dalam industri kreatif yang menyumbang 15,4% PDB. Sektor ini merupakan peringkat ke tiga setelah kuliner dan fashion. Daya saing produk kriya dan fesyen Indonesia juga terus mengalami peningkatan dari posisi ke-41, menjadi peringkat ke-36 dari 138 negara Global Competitiveness Report tahun 2017-2018 dari World Economic Forum.Meskipun merupakan sektor andalan, namun nilai ekspor produk kriya Indonesia tetap mengalami pasang surut. Kontribusi produk kriya belum maksimal dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Jika melihat pada kinerja pasar kerajinan dunia, ekspor kerajinan Indonesia masih sangat kecil yaitu 0,9%, masih sangat jauh dibanding negara Asia lainnya, seperti India 5,8% atau Cina sebesar 16,7%. Produk kerajinan Indonesia mengalami persaingan ekonomi global yang dinamis, dan semakin kompetitif, terutama sejak diberlakukannya Asean Economic Community AEC 2015. Bernardus Arwin 2017, Wakil Ketua Umum Bidang Promosi & Pemasaran Himpunan Industri Mebel & Kerajinan Indonesia HIMKI, mengatakan bahwa āNilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia masih di bawah Malaysia dan Vietnamā. Oleh karena itu pelaku usaha IKM/ UKM dan pemerintah terus berupaya melakukan perbaikan dengan melibatkan desainer dan institusi perguruan tinggi melalui program pengabdian berbagai pihak memang sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satu peran yang dibutuhkan dalam pengembangan sektor kerajinan adalah disiplin ilmu desain produk. Pengetahuan ini digunakan untuk memberikan nilai kompetitif pada produk. Kolaborasi antara desainer dan pengrajin penting dilakukan untuk memberikan pengetahuan yang diperlukan dalam proses perancangan produk mereka. Pengetahuan desain yang dimaksud adalah ādesign thinkingā. Saat ini banyak perusahaan menggunakan design thinking untuk menghasilkan produk inovatif yang disukai konsumen. Para pengrajin dan 2PENGGUNAAN DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih pengelola IKM Industri Kecil dan Menengah dapat memanfaatkan pengetahuan ini untuk mencari solusi terhadap permasalahan mereka. Kolaborasi ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan dilokasi sentra kerajinan kayu kecamatan Sagala Herang, kabupaten Subang. Sentra ini memproduksi kerajinan patung binatang dan asbak hias dari bahan kayu Lame bhs. Sunda. Bentuk kegiatan berupa workshop yang bertujuan mencari solusi terhadap permasalahan IKM dan mengembangkan varian produk baru agar menjadi daya tarik bagi pembeli. Design thinking adalah proses pencarian solusi secara kolaboratif. Proses pencarian ide dimulai dengan merangsang empati untuk menghasilkan ide baru yang berbeda dari yang selama ini dihasilkan. Kegiatan workshop ini sifatnya praktek. Proses ini dianggap dapat diterapkan dengan baik, karena pola kerja pengrajin pada umumnya bersifat ālearning by doingā yang praktis, bukan teoritis. Para pengrajin telah cukup menguasai teknik produksi dan terbiasa melakukan eksperimen langsung dalam memecahkan masalah atau kendala desain maupun teknis di lapangan. Mereka umumnya berupaya untuk kreatif dengan melakukan eksperimen secara bersama, tetapi mungkin belum diarahkan untuk mencapai problem solving. Namun demikian, sasaran dari kegiatan ini bukanlah menjadikan pengrajin sebagai desainer, melainkan untuk menghasilkan ide-ide produk baru melalui kolaborasi antara desainer dengan ini meneliti bagaimana penerapan pengetahuan desain dalam proses perancangan yang dilakukan oleh para pengrajin. Penelitian dilakukan dengan mengamati capaian dan berbagai hal yang terjadi dalam kegiatan kolaborasi antara desainer dan pengrajin dalam kegiatan workshop pengenalan design thinking. Langkah pertama dimulai dengan melakukan observasi lapangan ke wilayah sentra IKM dan melakukan wawancara dengan pengrajin untuk mendapatkan masukan mengenai kondisi sentra sebagai gambaran awal dari permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya dilakukan persiapan untuk kegiatan workshop dengan penggunakan perlengkapan produksi yang biasa digunakan. Kegiatan ini menggunakan metode kolaborasi dan storytelling. Untuk itu, persiapan ruangan juga perlu dilakukan. Keberhasilan dalam kolaborasi dilihat dari seberapa dekat anggota kelompok dapat bekerja bersama, bagaimana kinerja kelompok dalam kerjasama dan bagaimana keyakinan anggota kelompok bahwa kerjasama ini akan efektif Shea dan Guzzo, 2000. Keberadaan tempat dan suasana yang sesuai, akan sangat mendukung pola kerja kolaborasi. Penggunaan metode Storytelling bercerita juga diterapkan karena akan banyak membantu dalam menyampaikan kerangka dan proses berfikir kepada rekan kerja. Metode 3 Dimensi, September 2018 ini sering digunakan dalam pola kerja kolaborasi, karena dapat membuat mereka lebih terhubung secara emosional. Selanjutnya workshop dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah dalam menjalankan proses design thinking adalah proses pencarian solusi secara kolaboratif. Kegiatan ini sifatnya praktis bukan teoritis. Definisi menurut Brown 2008, disebutkan bahwa āDesign thinking is a human centred and collaborative approach to problem solving that is creative, iterative and practicalā. Keutamaan proses ini adalah berempati terhadap pengguna, untuk memahami dan mengungkap permasalahan dan kebutuhan mereka. Seseorang yang mengalami suatu masalah adalah orang yang paling mengetahui jawaban atas masalah tersebut. Design thinking adalah alat pemecahan masalah yang berpusat pada manusia dan menekankan pada empati, kolaborasi, dan masukan dari orang-orang yang berkepentingan, untuk menghasilkan solusi kreatif dan inovatif. Pemikiran design thingking mencakup tiga unsur yaitu bisnis, berupa kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan; masyarakat people, berupa keinginan atau kecenderungan masyarakan yang menginginkan sesuatu; dan ketersediaan dukungan 1. Unsur dalam design thinkingSumber Ardian, 2018Adapun lingkup dari design thinking adalah terkait cara pandang dan model berfikir. Cara pandang yang dimaksud adalah empathy, show don't tell, experiment, mindfulness, action oriented dan collaboration Zaana Howard, 2013. Proses ini lebih diarahkan pada upaya berfikir kreatif dengan langkah kerja tertentu. Umumnya, penerapan design thinking bergerak melalui tiga modul utama inspirasi, ide, dan implementasi yang mencakup 5 langkah. Berikut adalah langkah dalam design 2. Proses design thinkingSumber Ardian, 20184PENGGUNAAN DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih Hasil dan PembahasanPengetahuan desain yang dikuasai desainer sangat bermanfat dalam proses perancangan yang dilakukan oleh pengrajin. Kegiatan kolaborasi dilakukan antara desainer dengan pengrajin dari sentra kerajinan patung dari bahan kayu Lame, di kampung Ciherang dan Leles, kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sentra ini telah memiliki basis produksi yang kuat dilihat dari telah adanya proses kerja, sistem bagi hasil, usia sentra dan kualitas produk yang cukup memadai. Saat ini terdapat 5 pelaku usaha UKM bidang kerajinan patung kayu dengan jumlah pekerja/pengrajin seluruhnya ± 150 orang. Sentra tersebut dirintis oleh Usep 39 tahun dan rekan-rekannya sejak tahun 2002. Selama ini, pengusaha UKM menjual produknya setiap dua pekan kepada pedagang besar atau pengepul di beberapa tempat, antara lain kawasan wisata Tangkuban Perahu, Lembang dan Bandung. Sebagian produknya dijual ke luar pulau melalui pihak kedua, misalnya patung kayu bentuk gajah yang dipasarkan ke Lampung, Tangerang dan kota-kota lainnya. Meskipun tidak sering atau bersifat temporer, namun beberapa produk tadi diperuntukan untuk ekspor. Omzet kedua UKM berkisar antara / periode dua pekan. Manajemen keuangan dari ke dua UKM mitra tersebut masih sederhana yaitu menggunakan sistem bagi hasil antara pekerja atau pengrajin dengan pemilik UKM. Pembagiannya berdasarkan harga jual produk. Apabila harganya Rp. maka pembagiannya adalah sebagai berikut upah untuk pembuatan putihan produk belum di lukis; untuk pekerjaan finishing dan menghaluskan; dan untuk pihak pengelola. Gambar 3. Contoh produk sentra IKM patung kayuSumber Ardian, 20185 Dimensi, September 2018 Produk sentra ini terkenal dengan teknik melukisnya. Mereka menggunakan alat solder yang dialiri listrik dari sebuah travo untuk membuat garis, arsiran, tekstur atau pun blok pada kayu yang telah dibetuk. Pada umumnya finishing produk-produk patung kayu berwarna alami natural, kecoklatan dan tidak menggunakan warna. Atas permintaan pemesan, pengrajin dapat menambahkan varnish agar produk terlihat 4. Kondisi workshop pengrajin dan proses melukis produkSumber Ardian, 2018Gambar 5. Langkah pembuatan pembentukan, bakalan/putihan, hingga seleseai di lukisSumber Ardian, 2018Penghasilan atau upah pekerja bervariasi tergantung banyaknya pesanan order dan hasil produksi. Rata-rata penghasilan seorang pelukis berkisar antara Dalam sehari seorang pelukis patung binatang harimau dapat menyelesaikan satu produk yang panjangnya ± 40 cm. Produk-produk kerajinan patung di sentra tersebut dapat di kelompokan dalam dua jenis, yaitu patung binatang dan asbak hias dengan hiasan objek-objek binatang. Saat ini jenis patung yang popular atau diminati banyak pembeli adalah patung Harimau Lodaya dengan hiasan loreng. Patung kayu bentuk harimau berukuran 45 cm seharga Dalam sehari, pengrajin mengasilkan sebanyak 3 buah bakalan atau patung kayu harimau yang masih kasar. Sedangkan proses melukis 1 buah patung kayu harimau memakan waktu ± 8 jam. Rata-rata ukuran patung kayu yang diproduksi di sentra ini berkisar antara 20 cm 50 cm dengan ketinggian ± 30-40 cm. Untuk pasar lokal harga patung kayu bentuk kuda dalam posisi berdiri yang berukuran 35 cm dijual Rp. Asbak hias dengan hiasan binatang macan dan berukuran ± 30 cm dijual seharga 6PENGGUNAAN DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih Beberapa produk ditujukan untuk ekspor. Patung bentuk kuda produksi UKM Suparman 49 tahun diekspor ke India dan asbak bentuk ular cobra produksi UKM Usep 39 tahun merupakan pesanan untuk diekspor ke China. Proses penjualan di atas, dilakukan melalui pihak kedua di Jakarta. Pola ini masih menjadi kendala dalam mengembangkan bisnis pengrajin, terutama disebabkan marjin labanya yang kecil. Hasil diskusi dengan beberapa pengrajin mengenai permasalahan IKM, diperoleh data sebagai berikut 1. Produksinya sebagian besar tergantung pada pesanan atau order dari pedagang besar atau pengepul, sehingga harga jualnya ditentukan oleh pihak pedagang besar tersebut. 2. Kualitas produksinya belum optimal dikarenakan peralatannya sederhana, khususnya alat pengering oven yang dibuat sendiri dengan bahan bakar gas. Sistem pengeringan tersebut tidak mampu mengurangi kadar air dalam sebuah produk secara optimal. Dengan kondisi seperti demikian, maka produk sulit memasuki pasar ekspor ke negara Eropa dan Dalam hal ketepatan bentuk, kulaitas produk masih minim, karena dikerjakan tanpa menggunakan teknik atau pola yang standar. 4. Diversifikasi produk perlu dikembangkan agar lebih variatif dan tidak terbatas dengan yang sudah ada sekarang, yaitu jenis patung binatang dan asbak hias binatang. Para pengrajin UKM memiliki produk yang sama karena saling meniru. 5. Manajemen pemasaran atau promosi masih kovensional yaitu menggunakan teknik ādari mulut ke mulutā words of mouth yang mengandalkan pesanan atau order saja dari pihak pedagang besar ataupun pedagang lainnya. Beberapa pesanan ke luar negeri, antara lain ke India dan China, dilakukan oleh pihak kedua di Jakarta. 6. Manajemen pemasaran atau kegiatan promosi perlu ditingkatkan dengan bantuan medium website, agar kedua UKM mitra dapat mempromosikan dan memasarkannya langsung dengan jangkauan yang lebih luas termasuk ke luar negeri. Penerapan desain thinking dilakukan berdasarkan pada lima tahap yaitu 1 Emphatise,2 define,3 ideate,4 prototype,5 test. Tahap emphatise adalah mencoba mendalami permasalahan melalui pendekatan manusia āhumanā dengan cara berempati pada orang yang menghadapi permasalahan yang dituju. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendalami tidak hanya permasalahan, tetapi juga kondisi secara keseluruhan dengan cara memahami konsumen. Kegiatan diawali dengan melakukan persiapan untuk mendapatkan pernyataan mengenai situasi dan permasalahan spesifik yang dihadapi. Hal ini dilakukan agar tantangan desain dapat dilaksanakan dan ditindaklanjuti. Sebagai persiapan, dilakukanlah 7 Dimensi, September 2018 interview mendalam dengan dua pengrajin yang paling berpengaruh. Setelah itu dilakukan diskusi berasama dengan pengrajin lainnya. Pada tahapan ini diperoleh bahwa1. Pelaku juga mengalami kesulitan dalam produksi dimana tidak semua rekan pengrajin memiliki kemampuan sama. 2. Sebagian pengrajin juga memiliki kerja sampingan sehingga seringkali sulit untuk memastikan waktu produksi, hal ini mengakibatkan produksi tidak konsisten dan sulit mendapat order Pengrajin telah memiliki tempat penjualan di area pariwisata namun hasil penjualannya masih dibawah harapan, sehingga perlu memiliki kemampuan merancang karya sendiri, diluar hewan yang sering dibuat, seperti harimau, jerapah, kucing, bebek, dan beruang. Gambar 6. Wawancara dengan Pak Suparman dan Pak UsepSumber Ardian, 2018Berdasarkan tahap di atas, terungkap kondisi yang ada sekarang sebagai awalan yang dirasakan bersama dan muncul kepermukaan saat dilakukan diskusi, wawancara dan observasi. Penjabaran di atas adalah masalah yang yang akan dicarikan solusinya. Diskusi kemudian diarahkan pada kolaborasi bersama untuk melahirkan solusi yang tepat. Tahap EmphatiseSelajutnya dilakukan workshop di kediaman Pak Usep. Tempat ini dianggap paling sesuai karena cukup luas, nyaman dan kondusif bagi para pengrajin. Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama dalam bentuk diskusi untuk mendapatkan definisi atau gambaran mengenai permasalahan. Kegiatan workshop ini tidak menggunakan banyak kertas dan alat tulis untuk mengu n g kapkan pendap a t , n amun berupa dis k u s i bebas sambil memperaktekkan sesuatu, atau menggunakan perumpamaan dalam mengkomunikasikan pikiran. Cara ini juga lebih nyaman bagi para pengrajin dan sesuai dengan prinsip desing thinking, dimana kondisi yang menumbuhkan 8PENGGUNAAN DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih semangat kolaborasi, kreatif, iterasi dan praktikal merupakan syarat berjalannya proses ini. Keberadaan tempat dan suasana yang sesuai, akan sangat mendukung pola kerja kolaborasi. Kondisi ini mendorong semangat para peserta untuk saling berperan pengrajin dibagi atas tiga kelompok. Pembagian ini mempertimbangkan juga adanya pengrajin yang dianggap paling potensial atau dominan. Sasaran dalam pengembangan ini adalah untuk perbaikan kualitas produk dengan tujuan meningkatkan penghasilan pengrajin. Fokus pada permasalahan dan mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran adalah yang utama. Konsumen yang dituju adalah mereka yang berkunjung di lokasi wisata Gunung Tangkuban Perahu dan kios toko suvenir sepanjang jalan Cagak Subang, serta para pemberi order yang selama ini menampung produk mereka. Gambar 7. Persiapan workshop pertamaSumber Ardian, 2018Langkah berikutnya adalah melakukan empati. Tiap kelompok akan berdiskusi dan diarahkan untuk berempati dengan menempatkan diri sebagai āaudiensā atau konsumen. Proses ini berjalan cukup kondusif dimana mungkin hal ini adalah pertama kalinya mereka mendengar pendapat rekannya masing-masing. Para pengrajin memiliki aneka latar belakang dan keahlian, mulai dari ahli memotong dan membentuk, ahli finishing, pedagang, atau pemberi proyek dan seterusnya. Kegitan kolaborasi ini cukup produktif dan muncul banyak pendapat yang membuat diskusi menjadi menarik. Hasil dari proses ini adalah sebagai berikut1. Konsumen adalah orang yang tinggal disekitar Jawa Barat senang wisata, suka membeli cinderamata dan sering berwisata ke lokasi Tangkuban Perahu, namun bosan dengan bentuk desain cenderamata yang itu-itu saja tetapi tertarik dengan produk yang kecil-kecil seperti gantungan kunci. 2. Konsumen menyukai karya seni dan biasa berkesenian, namun kecewa dengan kualitas yang tidak standar akhirnya tidak membeli lagi3. Konsumen kesal karena produk tidak sesuai dengan pesanan dan tidak 9 Dimensi, September 2018 tepat waktu sehingga dikejar-kejar oleh pembelinya atau habis uang untuk transport namun barang belum Konsumen membutuhkan produk karena suka dengan figur hewan, namun tidak ada hewan kesukaannya dan tidak ingin memesan karena ke subang hanya untuk wisata 8. Jalannya workshop pertamaSumber Ardian, 2018Dalam penerapan empati ini, instruktur desainer mengupayakan agar para pengrajin bisa mengungkapkan pendapat dan pengalamannya dengan bebas. Tidak ada pendapat yang salah selama proses ini. Agar lebih nyaman, proses ini dilakukan dengan cara āberceritaā storytelling. Dengan cara ini suasana menjadi lebih cair dan diperoleh permasalahan tersebut di atas. Para pengrajin lebih senang bercerita sambil menjabarkan dengan detil desain yang mereka buat dan pengala m a n n ya bersama klie n atau pembel i . M e r e ka t ak s egan memperagakannya dan mengambil produk-produk yang ada untuk dijadikan bahan perumpamaan dari cerita yang disampaikan. Mereka juga bercerita dari sudut pandang masing-masing, apakah itu mengenai proses, konsumen, pasar dan klien mereka. Pola bercerita ini membuat diskusi semakin menarik karena mereka memang berada dalam area yang sama dan berlatih kemampuan secara bersama, sehingga forum workshop ini sangat mempengaruhi perkembangan dan pemahaman mereka mengenai desain dan upaya apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk melalui DefinePada proses ini tiap kelompok mendefinisikan masalah dengan bebas keputusan masing-masing kelompok, singkat, dan tepat dari masalah yang didasarkan pada pengguna. Proses define ini mampu memberikan lebih banyak gambaran mengenai permasalahan yang terjadi dan hal-hal yang selama ini dianggap biasa, tetapi ternyata cukup penting untuk diperhatikan dan dicarikan solusinya. Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan kesimpulan bahwa perlu pendekatan baru dalam berkarya agar memiliki kemampuan merancang karya sendiri. Hal ini bisa 10PENGGUNAAN DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih dilakukan dengan mengembangkan ide dari profil-profil hewan yang biasa mereka buat seperti harimau, jerapah, kucing, bebek, dan beruang. Demikian pula dengan kemampuan berkarya yang harus ditingkatkan melalui perangkat produksi yang tepat dan sistem kerja yang baik. Pengrajin tidak mampu membuat karya cipta baru. Mereka hanya menunggu pesanan yang sedikit dan tidak meningkat. Hanya sebagian kecil yang dipercaya untuk mengerjakan pesanan jumlah banyak, selebihnya sepi pesanan. Pada saat salah satu dari mereka dapat pesanan dalam jumlah besar, maka bantuan rekan-rekan yang lain sangatlah diperlukan. Namun sayangnya, keterampilan mereka terbatas. Mengenai pasar, mereka sepakat bahwa pasar souvenir adalah potensi yang belum dimaksimalkan. Para wisatawan butuh souvenir dan produk patung kayu sudah memperlihatkan potensinya, namun belum maksimal. Pasar potensial lain berupa produk alat makan, mainan, dekorasi atau stationary. Kemudian proses kreatif dimulai dengan mengarahkan mereka membuat cerita dari pemikiran yang mereka simpulkan tadi. Pendekatan āhumanā dalam design thinking dilakukan melalui pengembangan cerita guna menghasilkan ide solusi desain yang tepat bagi konsumen. Kreativitas dimunculkan melalui pengembangan cerita mengenai produk dan konsumen, berdasarkan pengalaman tiap individu dalam kelompok. Cerita ini diciptakan sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya jangkauan konsumen yang bisa dihubungkan dengan produk. Pada tahap ini mereka seringkali saling menimpali satu sama lain dan kolaborasi antar kelompok berjalan cukup kondusif. Dalam proses ini diperoleh bahwa ternyata produk tidak perlu harus sedemikian rumit dan detil, karena produk tetap akan diserap pasar. Produk juga tidak harus rumit dan detil untuk harga yang tinggi. Produk yang tidak terlalu rumit juga dapat dijual dengan harga cukup tinggi tergantung konsumennya. Produk diterima pasar dikarenakan kualitas dan proporsi produk yang bagus, bukan disebabkan kerumitan dan detilnya. teknologi produksi sebenarnya cukup sederhana dan sanggup untuk dikuasai dan sudah diterapkan hingga saat ini, namun keberlanjutan desainnya yang menjadi hambatan. Gambar 9. Diskusi workshop pertama proses ādefineāSumber Ardian, 201811 Dimensi, September 2018 Dilakukan diskusi melanjutkan hasil dari proses kreatif yang dilakukan. Tahap define menghasilkan masalah utama yang akan dipecahkan, yaitu1. Bagaimana agar berbagai figur hewan yang dibuat menarik perhatian. 2. Bagaimana mengimplementasikan figur hewan tersebut dan produk apa saja yang dapat memberikan daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Ideasi dan PrototypingSetelah dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan, maka dilakukan workshop ke dua. Kegaiatan ini ditujukan untuk menggali ide mengenai figur hewan apa saja yang akan dibuat dan permasalahan teknis apa yang kiranya akan muncul dan perlu dikembangkan. Kegiatan ini sangat positif dimana para pengrajin secara spontan saling berbagi dan bekerja bersama. Pengrajin yang kurang mampu terlihat bersemangat mengikuti kegiatan ini dan mencoba untuk belajar dari rekannya. Gambar 10. Workshop kedua proses āideasiāSumber Ardian, 2018Pada proses pengembangan ide ini pengrajin lebih banyak mengembangkan ide dengan kembali tanpa menggunakan kertas, namun langsung mengolah kayu menjadi bentuk tertentu. Mereka mencoba membuat berbagai figur hewan yang menurut mereka menarik untuk diterapkan pada produk fungsional. Pengembangan ide juga mengarah pada pengembangan produk alat makan, asesoris furniture, stationari dan sebagainya. Mereka juga melakukan ujicoba dengan bahan bamboo dan batok kelapa. Agar lebih terarah, masing-masing tim merumuskan kembali hasil proses define agar tidak melenceng dan terus berupaya mencari ide baru. 12ŠGambar 10. Workshop kedua proses āideasiā Sumber pribadi PENGGUNAAN DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih Proses ini menghasilkan berbagai figur hewan yang baru dan menarik perhatian. Pada tahap ini terjadi diskusi masalah teknis, baik keahlian membuat bentuk ataupun kreatifitas dalam mengembangkan fungsi produduk. Beberapa ide menarik yang muncul adalah 1. Mengembangkan sikap atau posisi figur hewan yang mengikuti bidang permukaan bagian atas atau bawah, juga untuk permukaan datar atau permukaan melengkung, ditengah ataupun dipojok Dikembangkan pula tingkat detil bentuk dan finishing dari sederhana, sedang dan 11. Pengembangan fungsi produk dan figur hewanSumber Ardian, 2018Selain figur hewan yang beragam, detil finishing juga di jadikan sasaran pengembangan kreativitas. Para pengrajin mulai mendiskusikan finishing mana yang cocok untuk figur hewan yang dibuat, apakah yang sederhana atau yang rumit dan detil. Hal ini sangat berbeda dengan sebelumnya dimana yang detil dan rumit dianggap paling bagus dan harganya mahal. Pengrajin terlihat lebih hati-hati dalam menempatkan motif dan fokus membuat produk yang menarik untuk 12. Klasifikasi finishing produk sederhana, sedang dan rumitSumber Ardian, 201813 Dimensi, September 2018 Tahap PrototypingProses prototyping dilakukan secara bersama. Setelah melalui proses diskusi, dihasilkan beberapa figur hewan baru untuk dikembangkan. Pengembangan desain menghasilkan figur hewan dengan gaya dan karakter yang lebih menarik. Setelah itu dilanjutkan dengan pengembangan ide produk apa yang cocok untuk diaplikasikan pada hewan tersebut. Tahapan ini menghasilkan produk-produk stationary, tableware, jam, dan gantungan kunci. Gambar 12. Klasifikasi finishing produk sederhana, sedang dan rumitSumber Ardian, 2018Tahapan prototyping mengakhiri workshop kolaborasi ini. Pada tahap ini pengrajin mengembangkan produksi dengan membagi produk dalam dua komponen yang kemudian dirakit. Sebagai contoh pada produk kotak pinsil yang terdiri dari figure hewan dan kotak pinsil. Hal ini berbeda dengan sebelumnya, dimana mereka langsung membentuk kayu menjadi bentuk Berdasarkan pada tujuannya, workshop ini menjadi langkah awal untuk meneliti bagaimana design thinking dapat diterapkan oleh IKM. Para pengrajin mampu mengikuti dan menerima arahan dari instruktur workshop. Penggunaan design thinking menghasilkan rumusan permasalahan yang lebih terarah dibanding rumusan sebelumnya. Solusi yang dihasilkan lebih relevan dan memiliki beberapa alternatif. Bagi pengrajin, membuat alternatif tidaklah mudah. Hal yang masih menjadi catatan adalah eksekusi akhir. Workshop ini memberikan pengalaman dalam menentukan arahan dan ketentuan untuk pengambilan keputusan yang selama ini tidak dilakukan oleh sebagian besar pengrajin. Hal ini berbeda dengan pengusaha ataupun pekerja lain yang lebih siap atau mudah didorong untuk mengambil keputusan saat menjalankan desain DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih Kondisi ruang kerja sangat berpengaruh. Dalam kegiatan ini suasana kerja sangat mendukung, dimana para pengrajin lebih membuka diri satu sama lain dan saling belajar terutama dalam proses prototyping. Penerapan desain thingking yang khas bagi IKM adalah mereka tidak menggunakan media kertas dan catatan untuk berkomunikasi atau diskusi. Mereka lebih senang memperagakan contoh dan membuat langsung. Diskusi dan proses pengembangan ide lebih kondusif dan produktif dengan cara bercerita. Salah satu hal positif yang dirasakan oleh tiap perserta workshop adalah komunikasi yang efektif diantara mereka, baik dalam bekerja maupun berbagi pengetahuan produksi. Jika dilakukan terus menerus, hal ini akan mempercepat tercapainya standarisasi kemampuan para pengrajin. Secara keseluruhan kegiatan ini cukup lancar tidak menemui kendala besar dan menghasilkan prototipe produk baru yang siap diuji. Mereka telah memahami perlunya perbaikan desain. Pengembangan berbagai varian produk telah disadari dapat memperbesar peluang pengembangan usaha. Program kemitraan seperti ini perlu diupayakan dan dapat menjadi tolok ukur pengembangan berkelanjutan kedepan. Kerjasama perguruan tinggi dan masyarakat sangatlah diperlukan baik dari lapis bawah maupun masyarakat kelas atas yang tentunya dengan skema yang berbeda. ***ReferensiAmbrose, Gavin. Paul, Haris. 2010. Design Thinking. Switzerland AVA Publishing SA. _____. 2017. Design Thinking The Guide Book. Royal Civil Service Commission, 2018. Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2016. Jakarta Idris. 2013. Design Thinking for Strategic Innovation. Canada John Wiley & Sons, Inc. Peter F. Drucker. 2006. Innovation and Entrepreneurship Practice and Principles. New York Harper Essi. 2012. Designing MA Communication Design. Tessman, Oliver . 2008. Collaborative Design Procedures for Architects and Engineers. Dissertation, Universitat Kassel Stefan H., dan Barbara Feinberg. 2009. Design Thinking and Innovation at Apple. Boston Harvard Business 2015. The Essential Guide to Design Thinking. Virginia Darden Executive Dimensi, September 2018 Sumber lainDwyer, Jaiden. 2014. Design Thinking Tim Brown. diakses pada pada 7 Februari Ildiko. 2014. Innovation at Apple. diakses pada 7 Februari 2018Hermkens, Freek. 2016. Design Thinking for Communication Professionals. diakses pada 7 Februari o w a r d , Z a an a . Ta np a Ta h u n . I n tro d uc i n g De s ig n T h i n k in g . introducing-design-thinking, diakses pada 7 Februari Triawan. 2017. Kuliner, Kriya, dan Fashion Penyumbang Terbesar Ekonomi Kreatif. diakses pada 8 Februari Mari Elka. 2014. Desain, Kriya, dan Fashion menjadi Sektor Terdepan dalam Industri Kreatif. /design-kriya-dan-fashion-menjadi-sektor-terdepan-dalam-industri-kreatif, diakses pada 8 Februari Rangga 2014. Ekspor Mebel Indonesia Masih Dibawah Malaysia dan Vietnam. diakses pada 10 Agustus . 2013. Ekspor Produk Kerajin an In donesia Naik 56 Pe rsen, diakses pada 10 Agustus Joko. 2017. Potensi Produk Kerajinan di Indonesia Sangat Besar, Presiden Jokowi Jangan Dijual Murah, diakses pada 19 Februari DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN IKMStudi Kasus Sentra Kerajinan Patung Kayu, Subang Noel Febry Ardian, Hendriana Werdhaningsih ... Bahan yang sudah agak tua tetapi masih basah kurang baik untuk bahan kerajinan karena daya rekat yang terdapat pada kayu kuat sekali, sehingga sukar untuk dibentuk. Selain dari kualitas kayu perluya design Thingking dalam hal menghasilkan rumusan permasalahan yang lebih terarah dibandingkan bila tidak menggunakan design thingking Werdhaningsih, 2018 , hal lain yang perlu diperhatikan adalah hasil yang dibuat sesuai dengan keinginan konsumen, maka dari pada itu agar konsumen mendapatkan kepuasan dari hasil karya seni kayu yang telah di produksi maka dibutuhkan sumber daya yang ahli di bidang tersebut. Dengan demikian pesanan dapat dibuat sesuai dengan apa yang konsumen inginkan. ...Hamirul - HamirulAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan keahlian pembuatan furniture kayu pada Mebel Kayu Sri Pasar Lubuk Landai. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan jumlah informan 12 orang serta dengan triangulasi analisis dan diperoleh hasil penelitian. Pengembangan keahlian pembuatan furniture kayu di Sri Pasar Lubuk Landai Wood Furniture telah dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada pengrajin melalui program alih kerja dengan penempatan pengrajin. Dalam usaha muebel yang sudah lebih maju, sedangkan untuk pendidikan belum banyak dilakukan karena keterbatasan biaya untuk mengikutsertakan pengrajin pada pendidikan formal dalam seni pembuatan seni muebel, proses pengembangan keterampilan juga dilakukan dengan mengorganisir dan membina pengrajin sebagai sub sistem organisasi melalui perencanaan dan program penilaian kerja serta melakukan perencanaan sebelum memproduksi muebel, setelah itu memberikan penilaian kepada masing-masing pengrajin untuk memastikan bahwa pengrajin ditempatkan pada bidang keahlian yang dimilikinya dan untuk merekrut pengrajin dengan menyediakan persyaratan khusus untuk setiap pelamar yang bertujuan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang baik tentang seni membuat furniture.... Menurut Dave Kelly Design Thinking merupakan cara untuk menemukan kebutuhan manusia dan cara untuk menciptakan solusi yang baru dengan menggunakan alat dan pola pikir praktisi desain. Terdapat 5 lima tahapan dalam metode design thinking untuk menghasilkan solusi inovatif yaitu tahap 1 empathize empati ; tahap 2 define mendefinisikan masalah ; tahap 3 ideate ideasi; tahap 4 prototype rupa awal; dan tahapan yang terakhir yaitu test menguji [3]. ...I Gede Aditya MahardikaI Gede Juliana Eka Putra PutraTiawan TiawanThis research is a follow-up to the collaboration between STMIK Primakara and Keramas Village regarding innovative solutions to explore the economic potential of the village in Keramas Village, Keramas Village is located in Blahbatuh District, Gianyar Regency. Keramas Village is a village that has a lot of potential ranging from tourism, agriculture, economy, and arts and culture. However, the existing potential has not been maximized by BUMDes Artha Kara Mas which is a BUMDes in Keramas Village. The method used in this research is Design Thinking which is a framework for generating innovative solutions according to the problems at hand. The Design Thinking method consists of several stages starting from empathize, define, ideate, prototype, and test. These stages are used in this study in order to produce the expected solution. The solution offered is in the form of a work plan recommendation for BUMDes Artha Kara Mas which is in line with the purpose of this research, namely to produce innovative solutions to explore the economic potential of Keramas Village. The results of this stage are expected to be a material consideration for BUMDes Artha Kara Mas to develop village potential. Keywords Keramas Village, STMIK Primakara, Design Thinking, Village potential... Beberapa kegiatan pengabdian masyarakat yang menerapkan design thinking pada usaha pengembangan UMKM di antaranya pada usaha pengembangan budi daya ikan lele di Desa Pabuaran, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor Madanih et al., 2019, inovasi perusahaan start-up di Kota Tasikmalaya Yusuf & Budiman, 2020, pengembangan sistem peningkatan branding UMKM Fakoniko & Maer, 2021, penentuan strategi pemasaran Aziz et al., 2021, usaha pengolahan jahe di komunitas wirausaha Desa Bangsalsari Amilia et al., 2018, usaha baju di toko Setal Pangkalpinang Rabbani, 2021, dan pengembangan produk kerajinan IKM Subang Ardian & Werdhaningsih, 2018. Berdasarkan latar belakang di atas, mendorong tim pelaksana untuk menerapkan pendekatan serupa pada pengembangan UMKM bidang kerajinan. ... Wahyu Andy PrastyabudiArda Erico YudaMuhammad Dzulfikar FauziArliyanti NurdinMSMEs have an important role in sustaining the national economy as it contributes about 60 percent of GDP. On the other hand, however, the expansion of their business is considerably low. According to an economic survey by BPS in 2016, more than percent of MSMEs had no plan to develop their business for various reasons. In addition, the Covid-19 pandemic has turned their business increasingly sluggish, because the demand for their product sales has decreased drastically. The purpose of this community service is to empower and strengthen the business management of MSME, particularly in the crafting industry Az Zahra Creation located in Surabaya. Specifically, the program focuses on the understanding of MSMEs mindsets and improving their capability in business and financial management. The methods carried out are identifying and mapping their problems through direct observation and interviews, formulating the solution using system thinking which is then actualized in mentoring and training programs. The results of the programs are renovating the workshop room, improving MSME partnersā knowledge and skills in planning, innovation of business model, managerial, and financial management. The impact of this program is expected to exemplify for other similar MSMEs, hence, the developed framework could be adopted by others to assist the business development.... At this stage the description of solutions from various ideas that have been discussed [22]. The Ideate stage is the next stage after the define stage. ...The development of information technology is currently very rapid and unavoidable, especially in the world of education. Global demands require the education sector to constantly adjust technological developments with efforts to improve the quality of education, adjust the use of information and communication technology. STMIK Rosma is a university that utilizes computer technology. However, there are still shortcomings, namely the absence of a student complaint application so that the process of submitting student complaints is still running manually. This results in not recording student complaints, student complaint data not well documented, so that the college leadership of the campus cannot monitor the complaints submitted by students. This study aims to analyze the functional requirements of the STMIK Rosma student complaint application. The method used in this research is Design Thinking. The result of this research is the UI / UX design of the student complaint handling application mobile application at STMIK Rosma Karawang which is designed using the classic mockuplus tools. This research is expected to provide suggestions to universities to improve the process of handling student complaints.... Metode ini dipilih karena mampu mendorong terciptanya peluang peluang baru, dan membantu meningkatkan kecepatan serta efektifitas penyelesaian masalah dengan solusi baru Matthews & Wrigley, 2017. Mempertimbangkan keunggulan tersebut, metode ini kerap dimanfaatkan dalam bidang ekonomi dan manajemen bisnis untuk mengembangkan sistem atau aplikasi Rosyda & Sukoco, 2020, mengembangkan produk kerajinan di sentra-sentra industri kecilmenengah Ardian & Werdhaningsih, 2019, dan merancang desain produk untuk menarik minat konsumen Suprobo, 2012. Sesuai dengan tren tersebut, pengabdian ini juga menggunakan design thinking sebagai prosedur untuk menyelesaikan masalah seacara bergiliran menurut Brown 2008 ialah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan subjek empatize, merumuskan kebutuhan subjek secara spesifik define, menginisiasi solusi ideate, memproduksi purwarupa prototype, dan melakukan uji coba purwarupa testing. ... Wegig MurwonugrohoMustamina MaulaniWawan KurniawanPada pertengahan Juni 2021, situasi terakhir terkait dengan pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda penurunan yang signifikan. Bahkan, Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB di Jakarta diperpanjang hingga 2 dua kali. Aktivitas pembelajaran bagi anak siswa belum normal dan tetap diberlakukan belajar di rumah. Anak-anak lebih aman di rumah terhindar dari ancaman virus Covid-19, namun pada sisi lain anak-anak menjadi kurang bergerak dan kurang aktif. Oleh karena itu dirasa perlu dirancang sebuah program pelatihan yang mampu merangsang kreativitas anak-anak dalam menghasilkan sebuah karya yang edukatif, bermanfaat, dan menghibur. Metode pelaksanaan kegiatan menggunakan metode design thingking. Peserta akan dilatih untuk memproduksi film pendek sebagai media kampanye sosial pencegahan Covid-19. Ide bersumber pada lagu tradisi Jawa. Naskah iklan dibuat plesetan dengan kesamaan nada suara Gagasan pengolahan ulang lagu-lagu yang mudah dikenang disajikan dengan unsur kelucuan. Film pendek sengaja digunakan dalam kampanye pencegahan Covid 19 karena mengandung unsur visual tradisi guna memudahkan orang membangkitkan rasa kangen dengan tradisi kampung halaman. Simpulan dalam kegiatan ini adalah kampanye sosial dengan pelibatan masyarakat dan pemanfaatan lagu daerah membangun intimasi dan khalayak sasaran lebih menyimak iklan, melagukannya, memaknai hingga berbagi ke media sosial lainnya.... One of the advantages of design thinking is that there is repeated testing of the prototype by users until they are satisfied Levine et al., 2016. The use of design thinking has been proven to solve problems in handicraft products Ardian & Jomponingsih, 2019, urban development Kumar et al., 2019, smart city innovations Lee et al., 2016, and the development of future homes for the elderly Tymkiewicz & Zasadzka, 2016. The difference between this study and previous research is that this research focuses on designing integrated facilities that facilitate cooking and washing dishes while seated and safety facilities for the elderly that take into consideration the layout of the facilities. ...Hari PurnomoArya Yudhistira29 Million elderly had accidents during 2014, and caused 29 thousand of death in 2016. Once of the biggest potential risk for elderly is a kitchen. It caused nursing home, needs to be more consent in designing kitchen for elderly. The purpose of this research was to design comfort kitchen for elderly by using design thinking approach. Design thinking utilized voice of customer to made a decision. It has an excessed as prototype redundant test to gain the voice of customers. Based on the customer needs, this research designed a kitchen with some racks near the dishwasher, applied some handrails in several places, sitting place to wash the dish and to cook, applied a food storage. Kitchen designed without any stairs and create a storage to placing the walker. This proposed design was tested by Wilcoxon signed-rank test to prove the differences the new design with the precedence design... Pada tahapan ini penggambaran solusi dari berbagai ide yang telah didiskusikan [17]. Solusi ini digambarkan dengan menggunakan gambar mockup untuk memudahkan proses kedepannya. ...User Interface/User Experience UI/UX design is very important because with a good design that meets user needs, it can make users feel comfortable when using a product. One example is the Academic Information System SIA, if the design of the SIA is not user friendly, it will have an impact on both the user and the system. Such as input errors, missing information, difficulties in using it. The purpose of conducting UI / UX analysis and design at SIA Universitas Jenderal Soedirman is to solve the problems experienced by users today. Users involved in this research are students. Design is made using the Design Thinking method and for the testing using Usability F. DruckerThe emergence of an entrepreneurial econmy in the 1970s was the most significant and hopeful event in recent social and economic history. For Drucker, innovation and entrepreneurship are not a "flash of genius," but purposive tasks that can be organized as systematic, rational work fostered by management. Entrepreneurship is treated not as personality or intuition but behavior, concept, and theory. Entrepreneurship is not high-risk; rather, few so-called entrepreneurs have the method for what they do. The practice of innovation, the practice of entrepreneurship, and entrepreneurial strategies compose innovation and entrepreneurship. Instead of pursuing "bright ideas," entrepreneurs should focus on the seven successful sources for innovative opportunity 1 unexpected success, failure, or outside event; 2 incongruity between what is and what "ought" to be within an industry or market; 3 innovation based on a process need supplying the missing link; 4 changes in industry structure or market structure; 5 demographics or population changes; 6 changes in perception, mood, and meaning; and 7 new scientific and non-scientific knowledge requiring analysis of relevant factors, focus on strategic position, and entrepreneurial management. The practice of innovation is purposeful innovation resulting from analysis, system, and hard work. The principles of purposeful, systematic innovation are 1 analyze opportunities, 2 be perceptive, 3 be simple and focused, 4 start small, and 5 aim at leadership. Principles of innovation are 1 innovation is work, 2 build on strengths, and 3 innovations have an effect in the economy and society. Entrepreneurs are not "risk-takers" but opportunity focused. The discipline called entrepreneurial management must develop a practical guide for innovation in 1 the existing business policies to create a climate, practices, measures of innovative performance, and organizational practices, 2 the public-service institution policies and need to innovate, and 3 the new venture focus on market, financial foresight, early building of a top management team, role decisions by the founder, and outside advice. Entrepreneurship also requires four strategies, or practices and policies in the marketplace 1 being "Fustest with the Mostest"; 2 "Hit Them Where They Ain't," or "entrepreneurial judo" avoid the "not invented here" syndrome, don't "cream" a market, the fallacy of "quality," delusion of the "premium" price, and maximizing instead of optimizing; 3 finding an ecological niche toll-gate, specialty skill, and specialty market strategies; and 4 changing utility, values, and economic characteristics creating utility, pricing, adapting to customer's reality, and delivering true value to customer. In conclusion, Drucker argues that an entrepreneurial society is needed in which innovation and entrepreneurship are normal, steady, and continuous. What will not work is planning or over-reliance on high-technology. Social innovation is needed in the areas of redundant workers and abandoning outworn and obsolete social policies and institutions. Also needed are changes in tax and fiscal policies and government regulations, and individuals must undertake continuous learning and relearning. TNM Oliver TessmannThis book argues for novel strategies to integrate engineering design procedures and structural analysis data into architectural design. Algorithmic procedures that recently migrated into the architectural practice are utilized to improve the interface of both disciplines. Architectural design is predominately conducted as a negotiation process of various factors but often lacks rigor and data structures to link it to quantitative procedures. Numerical structural design on the other hand could act as a role model for handling data and robust optimization but it often lacks the complexity of architectural design. The goal of this research is to bring together robust methods from structural design and complex dependency networks from architectural design processes. The book presents three case studies of tools and methods that are developed to exemplify, analyze and evaluate a collaborative work Thinking for Strategic InnovationIdris MooteeMootee, Idris. 2013. Design Thinking for Strategic Innovation. Canada John Wiley & Sons, SalonenSalonen, Essi. 2012. Designing MA Communication Thinking and Innovation at AppleStefan H ThomkeBarbara DanFeinbergThomke, Stefan H., dan Barbara Feinberg. 2009. Design Thinking and Innovation at Apple. Boston Harvard Business Thinking for Communication ProfessionalsFreek HermkensHermkens, Freek. 2016. Design Thinking for Communication Professionals. diakses pada 7 Februari 2018. g. introducing-design-thinking, diakses pada 7 Februari Kriya, dan Fashion Penyumbang Terbesar Ekonomi KreatifTriawan MunafMunaf, Triawan. 2017. Kuliner, Kriya, dan Fashion Penyumbang Terbesar Ekonomi Kreatif. diakses pada 8 Februari Kriya, dan Fashion menjadi Sektor Terdepan dalam Industri KreatifMari Elka PangestuPangestu, Mari Elka. 2014. Desain, Kriya, dan Fashion menjadi Sektor Terdepan dalam Industri Kreatif. /design-kriya-dan-fashion-menjadi-sektor-terdepan-dalam-industri-kreatif, diakses pada 8 Februari Produk Kerajinan Indonesia Naik 56 PersenSuryantoSuryanto. 2013. Ekspor Produk Kerajinan Indonesia Naik 56 Persen, diakses pada 10 Agustus 2018. memberikanide/gagasan model workshop dan desain kerajinan, pendampingan dan penilaian atas capaian program yang dilaksanakan tim pengabdian terhadap pelaku ukm dan aktif berinovasi baik dalam pengembangan maupun pemasaran produk kerajinan rotan yang dilakukan secara langsung maupun media sosial. . 301 383 499 466 187 268 11 487